Selasa, 02 Februari 2010

DEFINISI ABSES OTAK

A. Pengertian
Abses adalah daerah bernanah, biasanya terpusat dalam organ. Atau pengumpulan pus setempat yang dihasilkan oleh organisme piogenik keadaan ini biasa akut atau kronis.
Abses otak adalah akumulasi cairan pada jaringan otak, biasanya merupakan komplikasi infeksi. Abses otak sering timbul pada anak-anak remaaja, dewasa muda tapi biasa terjadi pada semua tingkat usia. Artinya pengumpulan nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan.
Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam jaringan otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intrakranial atau pembedahan melalui penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus, telinga dan gigi ( infeksi sinus paranasal ,otitis media, sepsis gigi ),atau melalui penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru,endokarditis infektif) dan dapat menjadi komplikasi yang berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak merupakan komplikasi yang dikaitkan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak adalah komplikasi yang meningkat pad pasien yang system imunnya disupresi baik karena terapi atau penyakit. Untuk mencegah abses otak maka perlu dilakukan pengobatan yang tepat pada otitis media, mastoiditis, sinusitis, infeksi gigi, dan infeksi sistemik.

B. Etiologi
1. Penyebaran dari fokus infeksi yang berdekatan dengan cerebelum lobus temporalis ( mastoiditis, otitis media ).
2. Nekrotin emboli biasanya bersumber dari inteksi endokarditis bacterial dari abses paru.



C. Patofisiologi
Fase awal abses otak ditandai dengan udem, udem local. Hyperemia infiltrasi leukosit dan melunaknya perenhym trombosis septis dan edema beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liguefaction atau dinding kista yang berisi pus. Kemudian terjadi kantong yang dindingnya mudah reptur. Bila terjadi reptur infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari abses otak diakibatkan oleh perubahan pada dinamika intrakranial ( edema, pergeseran otak ), infeksi atau lokasi abses sakit kepala biasanya memburuk pada pagi hari, adalah gejala paling lanjut. Pasien muntah juga umum terjadi tanda neurologik fokal ( kelemahan eksremitas, penurunan penglihatan, kejang ). Dapat terjadi bergantung pada tempat abses.terdapat perubahan pada status mental pasien seperti ditunjukan pada perilaku letargik, peka atu perilaku disorientasi demam mungkin ada tetapi juga tidak.

Tanda dan gejala
 Sakit kepala yang menetap dan sangat berat
 Ngantuk. Bingung
 Mental lambat
 Selzure lokal atau seluruhnya
 Demam dengan bradikardi
 Peningkatan tekanan intrakranial

E. Evaluasi Diagnostik
Pengulangan pengkajian neurologik dan pengkajian pasien terus menerus penting untik menentukan letak abses yang akurat. CT sangat baik dalam menentukan letak abses.

F. Komplikasi
 Meningitis
 Ensefalitis

G. Penatalaksanaan
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses.Abses otak diobati dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi. Pengobatan antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme sebagai penyebab atau menurunkan perkembangan virus. Dosis besar melalui intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan abses otak. Tetapi diteruskan pada pasca operasi. Kortikosteroid dapat diberikan untuk menolong menurunkan radang edema serebreal jika pasien memperlihatkan adanya peningkatan defisit neurologik.
Obat-obatan antikonvulsan ( fenitoin, fenobarbital ) dapat diberikan sebagai profilaksis mencegah terjadinya kejang. Abses yang luas dapat diobati dengan terapi antimikroba yang tepat dengan pemantauan ketat melalui pengamatan dengan CT.

10 KIAT MERAWAT PENYAKIT KULIT
Acap terjadi, penyakit kulit diobati sendiri dengan akibat buruk. Bukan saja penyakit kulitnya tidak sembuh, tapi malah makin parah. Tak jarang menyisakan bekas atau parut. Apa saja yang harus diperhatikan dalam merawat penyakit kulit?
1. Tidak semua penyakit kulit diobati dengan salep yang sama
Ada beragam penyakit kulit dengan beragam penyebab. Ada yang disebabkan faktor luar, seperti luka. Luka kulit pun berjenis-jenis. Ada luka lecet, luka serut, luka belah, luka lubang, dan luka patah tulang. Perawatan luka perlu penanganan khusus. Luka dangkal dapat ditangani sendiri, sementara luka dalam butuh jahitan dan perawatan khusus.
Bagaimana luka dirawat juga sering bermasalah. Yang pertama-tama perlu dilakukan, lakukan perawatan luka secara benar saat awal luka terjadi. Bersihkan luka dari segala jenis kotoran maupun kulit yang terkelupas atau terkoyak. Jika luka kotor, bersihkan dengan sabun lunak (soda rendah) dan bilas dengan air mengalir. Setelah bersih, bubuhi antisepsis (penyuci hama), sekurang-kurangnya alkohol 70 persen (bukan 96 persen), lalu tutup. Jangan terlalu rapat, berikan celah agar udara masih bisa mengalir memapari luka.
Jika luka cukup dalam, setelah dibersihkan, luka dibasuh dengan cairan peroksida (bisa dibeli bebas di apotek). Tujuannya untuk meniadakan kalau-kalau ada kuman tetanus yang sudah telanjur ikut memasuki luka. Cairan yang berbusa ini membentuk zat asam di dalam luka, suasana yang tidak disukai kuman tetanus.
Luka yang tak memerlukan jahitan ditutup dengan kasa steril setelah dibubuhi antisepsis. Jangan melapisi luka dengan kapas, sebab kapas melekat pada luka, dan jaringan kulit muda yang akan terbentuk bisa lengket ketika kapas diangkat. Akibatnya, luka tak kunjung pulih.
Jika luka sedikit menganga, usahakan merapatkannya agar kedua belahan luka menyatu, sehingga memudahkan penyembuhan. Setelah dibalut, upayakan agar luka tidak tersentuh air mandi atau air apa pun selama beberapa hari. Ganti pembalut luka setiap habis mandi. Bubuhi lagi cairan antisepsis.
Jika luka masih basah dan tampak cairan kuning, kemungkinan luka terinfeksi. Kalau sudah demikian, tak cukup membubuhinya dengan antisepsis. Tambahkan salep atau krim antibiotika. Jika tidak, luka akan berubah menjadi borok. Borok selain menambah lama penyembuhan, luka akan menyisakan bekas atau parut pada kulit.
Luka yang dirawat dengan benar, dalam beberapa hari akan mengering, merapat, tidak basah, tidak meradang dan tak nyeri. Luka yang terganggu penyembuhannya akan tetap basah, bengkak, dan nyeri, tanda luka terinfeksi.
Luka yang ditutup secara ketat dan rapat akan mengganggu proses penyembuhan. Luka akan tetap basah dan jaringan tunas kulit tidak terbentuk, sehingga luka jadi lama mengering. Selain itu, menutupi luka rapat-rapat berisiko tercemar kuman tetanus yang ada di alam bebas. Terlebih luka di tungkai atau kaki. Spora tetanus bertebaran di permukaan tanah, di mana-mana.
Luka kecil dan tidak dalam yang terjadi tidak di tempat yang kotor, tidak memerlukan suntikan tetanus. Hanya luka dalam yang terjadi di jalan atau tanah kotor yang memerlukan suntikan tetanus. Ada dua jenis suntikan, yakni jenis serum dan jenis toksoid. Jika sudah pernah mendapat suntikan tetanus beberapa tahun berselang, cukup diberi serum ATS. Jika belum pernah disuntik tetanus, selain ATS diberikan toksoid tetanus untuk membentuk zat anti-tetanus. Dokter akan mempertimbangkan apa yang perlu dilakukan terhadap suatu luka.
Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair, bernanah. Sebaiknya tidak ditutup, tidak pula diberikan salep atau krim, melainkan dikompres rivanol (bisa dibeli bebas di apotik) selama beberapa hari. Ganti kompres setiap kali kompres sudah mengering. Salep atau krim antibiotika baru dibubuhkan jika luka sudah kering betul. Luka basah yang diberi salep atau krim akan sukar menyembuh. Begitu juga luka yang sudah kering, tidak boleh dikompres.
2. Luka bakar bukan odol atau mentega salepnya
Sering terjadi, luka bakar diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak ubahnya luka umumnya, perlu dirawat secara suci hama. Odol dan mentega tidak memberi manfaat, malah bisa buruk akibatnya. Odol atau mentega mungkin tidak suci hama, sehingga kuman masuk ke dalam luka.
Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi salep livertran (bisa dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup. Luka bakar lepuh bergelembung, jangan dipecahkan. Biarkan pecah sendiri. Setelah pecah, lindungi dari paparan air mandi, sebab kulit di dalam masih kulit muda yang mudah ditembus kuman. Perawatan dengan antisepsis tetap perlu selain menambah salep livertran. Sekarang ada salep jenis lain untuk membantu menumbuhkan jaringan kulit baru.
Luka lepuh bergelembung yang luas butuh perawatan rumah sakit. Demikian pula luka bakar berat yang mengelupasi kulit sampai dalam, dan bikin kulit gosong, juga tak dapat dirawat sendiri di rumah.
3. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka
Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi. Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada jahitan yang mengelupas dan lepas. Jika ini terjadi, perlu dirapikan ulang. Jika tidak dikoreksi, luka akan menyisakan bekas yang jelek.
Jahitan luka memang tidak selalu harus dibuka jika memakai cara klem atau jahitan langsung dengan benang usus. Selama memakai benang sutera, jahitan perlu dibuka. Jika tidak dibuka, benang merupakan benda asing sumber infeksi. Bisa jadi, penyembuhan luka tidak berlangsung sempurna dan benangnya akan menyatu terikat oleh jaringan kulit baru. Ini tentu tidak sehat.
4. Jangan mengeleti keropeng luka
Seringkali, keropeng luka yang sudah mengering dan terasa gatal dikeleti. Biarkan kulit kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah mengelupas sendiri. Mengeleti keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda di bawahnya terpapar dunia luar. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar, juga belum kuat menghadapi ancaman infeksi. Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.
Lepasnya keropeng secara tak sengaja (tersenggol) biasanya akan mengeluarkan darah, tanda kulitnya masih rapuh. Dalam keadaan demikian, bubuhi antibiotika untuk melindungi kulit muda agar tak terinfeksi dan terjadi borok baru.
5. Kulit eksim tidak memakai salep jamur
Banyak ragam penyakit kulit. Kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama. Eksim misalnya. Eksim kerap disangka jamur. Jika eksim diberi obat jamur tentu tak bakal sembuh. Demikian pula jika jamur kulit diobati obat eksim, sama tak bakal sembuhnya.
Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Maka, sembarang dan serampangan asal memakai salep, tidak dianjurkan. Banyak salep kulit dijual, bukan berarti serbaguna buat penyakit atau kelainan kulit apa saja. Jika tak tepat pilihan obatnya, penyakit kulitnya malah bertambah kacau balau. Penyakit kulit yang sudah kacau balau lebih pelik menyembuhkannya.
6. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu
Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar seringkali berkembang menjadi infeksi kulit. Kulit menjadi basah. Kita acap menyebutnya eksim basah. Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya. Kompres dibasahi berkala setiap beberapa jam setiap kali kompres mengering. Tujuan kompres adalah menyedot getah yang membasahi. Setelah mengering, baru diberi obat eksim.
Eksim sering sudah tercemar infeksi akibat digaruk, atau bisa juga tercemar jamur. Eksim terinfeksi kuman dan jamur tak sembuh hanya dengan obat eksim, namun perlu ditambah antibiotika dan anti-jamur.
7. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh
Sewring orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga pemakaian obat yang dibeli sendiri tidak dibatasi kendati tidak sembuh. Hentikan obat jika tak menyembuh. Mungkin obatnya tidak tepat. Hal ini sering terjadi pada penyakit kudis.
Kudis sering luput terdiagnosis. Selain terlupakan, gambaran kulit pada kudis tidak begitu tegas. Kelihatan hanya bintik-bintik bentol kecil merah, biasanya di bagian kulit yang tipis dan empuk, seperti di sela jemari tangan, pergelangan tangan, di perut, dan kulit bokong. Macam-macam kudis tak mungkin sembuh kalau tidak memilih obat khusus kudis (antikudis) yang cara pemakaiannya pun khusus.
Kudis menular pada anggota keluarga. Lewat pegangan, jabatan tangan, singgungan kulit, hubungan kelamin, kutu kudis berpindah dari pengidap ke kulit sehat. Kutu kudis bersarang di lapisan kulit, keluar malam hari dan gatalnya minta ampun.
8. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim
Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tandanya, yang ringan hanya biduran, gatal-gatal sekujur tubuh. Yang berat, bisa mengelupas, lepuh, dan jika berat sekali muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.
Obat alergi kulit sama, yaitu antialergi yang diminum. Jika berat, butuh suntikan antihistamin. Kulitnya dibubuhi bedak antigatal. Jika berat dan mengelupas, baru diberikan antihistamin krim atau lotion. Alergi kulit yang hebat dan berbekas terjadi pada alergi terhadap antibiotika golongan sulfa. Orang yang berbakat alergi perlu berhati-hati jika diberi obat golongan sulfa. Gejalanya, bibir terasa tebal, gatal, lalu tumbuh eksim menyerupai tompel di sekitar bibir yang biasanya membekas seumur hidup. Inipun perlu obat antihistamin.

9. Agar tidak menyisakan bekas, luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi
Setiap luka atau penyakit kulit mendindikasikan terjadi kerusakan pada permukaan kulit. Tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.
Agar tidak sampai terjadi bekas luka, rawatlah luka dengan benar sejak awal. Jika luka atau penyakit kulit lain sampai terinfeksi akibat jeleknya perawatan luka, tidak bisa tidak, akan membekas. Luka yang membekas sukar dikoreksi dan memerlukan bedah plastik.
10. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid
Ada orang yang berbakat keloid. Artinya, setiap sembuh dari luka, akan terbentuk bentol di sekitar bekas luka semacam daging tumbuh. Secara kosmetis, ini tak sedap dipandang, terlebih jika terjadi di wajah.
Risiko ini bisa dicegah dengan memberikan suntikan khusus selama luka. Termasuk jika hendak dioperasi, dokter perlu diberitahu kalau punya bakat keloid, sehingga pada luka bekas operasi diberikan obat khusus mencegah terbentuknya keloid. Keloid yang sudah terbentuk bisa disuntik berulang kali untuk mengempiskan benjolannya, namun tidak bisa mulus sempurna.

ASKEP PADA KLIEN HIPOADRENALISME

ASKEP PADA KLIEN
HIPOADRENALISME


1.PENGKAJIAN
Klasifikasi Data
Data subjektif :
•Klien mengeluh mual
•Klien mengeluh cemas
•Klien mengeluh sesak nafas
•Klien mengeluh berdebar-debar

Data objektif:
•Klien nampak meringis
•Klien nampak lemas
•Klien nampak pucat
•Konjungtiva anemis
•Klien kelihatan gelisah
•Tanda-tanda vital :
-Tekanan darah : 80/60 MmHg
-Suhu : 380C
-Pernapasan :28x/menit
-Nadi : 85x/menit

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan peningatan kerja paru
2. Gangguan irama jantung berhubungan dengan kompensasi jantung
3. gangguan pola fikir berhubungan dengan kecemasan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3.INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja paru
Intervensi :
Mandiri
•Pantau tanda vital,frekwensi,irama jantung,dan catat adanya disritmia
•Pantau suhu tubuh,catat bila ada perubahan yang mencolok dan tiba-tiba

Kolaborasi
•Berikan pengobatan sesuai indikasi:
-Natrium hidrokortison suksinat
-Vasopresor (contoh: Dopamin)
-Obat antipiretik (contoh : asetaminofen,parasetamol)
•Berikan O2

Rasional :
•Peningkatan frekwensi jantung merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hipovolemi dan penurunan curah jantung. Perkembangan dari kegagalan otot jantung/krisis adison.
•Hiperpireksia yang tiba-tiba dapat terjadi yang di ikuti oleh hipotermi sebagai akibat dari ketidakseimbangan hormonal, cairan, dan elektrolit yang mempengaruhi frekwensi dan curah jantung
•Pemberian Natrium Hidrokortison Suksinat yang cepat kira-kira 25-50 mg dalam 30-60 menit, kemudian 75-150 mg pada 4-8 jam selanjutnya dapat mencegah kolapsnya kardiovaskular
•Pemberian vasopresor dapat meningkatkan tahanan vaskuler perifer dan arus balik vena akan meningkatkan curah jantung/tekanan darah.
•Suhu di ata 40,60C kadang-kadang terjadi yang dipengaruhi oleh stress dan kehilangan natrium/air.
•Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung
2.Gangguan irama jantung berhubungan dengan kompensasi jantung
Intervensi :
Mandiri
•Pantau tanda vital,frekwensi,irama jantung,dan catat adanya disritmia
•Pantau adanya hipertensi, edema, berat badan meningkat, nyeri kepala yang hebat, peka rangsang dan bingung

Kolaborasi
•Berikan cairan, darah, larutan NaCl, dan volume ekspander melalui IV sesuai dengan kebutuhan. Hindari penggunaan cairan hipotonik dan cairan yang mengandung kalium.
•Berikan pengobatan sesuai indikasi:
-Natrium hidrokortison suksinat
-Vasopresor (contoh: Dopamin)
-Obat antipiretik (contoh : asetaminofen,parasetamol
•Pantau kalium darah

Rasional :
•Peningkatan frekwensi jantung merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hipovolemi dan penurunan curah jantung. Perkembangan dari kegagalan otot jantung/krisis adison.
•Efek pemberian kortikosteroid, natrium, dan cairan pengganti yang berlebihan dapat menyebabkan potensial kelebihan cairan dan gagal jantung.
•Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung karena hiperkalemia sering terjadi, kalium eksogen dapat menyebabkan disritmia berat atau henti jantung
•Pemberian Natrium Hidrokortison Suksinat yang cepat kira-kira 25-50 mg dalam 30-60 menit, kemudian 75-150 mg pada 4-8 jam selanjutnya dapat mencegah kolapsnya kardiovaskular
Pemberian vasopresor dapat meningkatkan tahanan vaskuler perifer dan arus balik vena akan meningkatkan curah jantung/tekanan darah.
•Suhu di ata 40,60C kadang-kadang terjadi yang dipengaruhi oleh stress dan kehilangan natrium/air.
•Pasien cenderung mengalami hiperkalemia karena bila kadar natrium menurun (dampak sekunder pada kekurangan aldosteron),kalium tertahanm oleh ginjal.


3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi :
Mandiri
•Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual, dan muntah
•Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari
•Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan
•Berikan informasi tentang menu pilihan


Kolaborasi
•Pertahankan status puasa sesuai indikasi
•Lakukan pemeriksaan terhadap gula darah sesuai indikasi
•Konsultasi dengan ahli gizi
•Beri makan dalam porsi kecil tetapi sering dengan tinggi kalori dan protein bila makan lewat oral telah dapat dilakukan

Rasional :
•Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala gastroinstestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorbs dari makanan
•Anoreksia,kelemahan dan kehilangan pengaturang metabolism oleh kortisol terhadap makanan dapat mengalkibatkan penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi yang serius.
•Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan
•Perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi nafsu makan dan meningkatkan pemasukan makanan
•Mengistirahatkan gastrointestinal, mengurangi rasa tidak enak dan kehilangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah
•Mengkaji kadar gula darah dan kebutuhan terapi. Jika menurun sebaiknya diet dan pemberian glukokortikoid di kaji kembali
•Bermanfaat dalam menentukan penggunaan dan kebutuhan kalori dengan tepat
•Makanan dalam porsi kecil kalau di berikan akhirnya jumlah kalori yang di butuhkan perhari bias terpenuhi

4.Gangguan proses berfikir berhubungan dengan kecemasan
Intervensi :
Mandiri
•Pantau tanda vital dan status neurologis
•Panggil pasien dengan namanya. Orientasikan pada tempat, orang, dan waktu sesuai kebutuhan.
•Sarankan pasien untuk melakukan perawatan dirinya sendiri sesuai kemampuan dengan waktu yang cukup untuk menjalankan seluruh tugasnya.

Kolaborasi
•Pantau hasil pemeriksaan laboratorium mis. Glukosa darah, osmolaritas serum,Hb/Ht


Rasional :
•Memberikan patokan untuk dasar perbandingan terhadap temuan abnormal pada glukosa darah, osmolaritas,hb

Hypoadrenal

1. DEFINISI

Hypoadrenal merupakan suatu proses patologis hormon korteks adrenal yang tidak memadai untuk mempertahkan kehidupan normal. Keadaan ini di kenal dengan penyaKit Adison.

2.ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit hypoadrenal yaitu :
-Infeksi tuberkulosis
-Diopatik
-Neoplasma sekunder
-Granuloma
-Penyakit amiloid
-Jamur (torulosis,coccidioidomycosis)
-tumor sekunder
-Hemosiderosis

3.PATOFISIOLOGI

Penyakit adison atau insufisiensi adrenokortikal terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untu memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon orteks adrenal. Atrofi autoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab penyait adison.

Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut.

Tuberkulosis dan hiperplasmosis merupaan infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan kerusakan pada kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal diakibatkan oleh proses autoimun telah menggantikan tuberulosis sebagai penyebab penyakit adison.

Sekresi ACTH yang tidak adekuat dalam kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal. Gejala insufisiensi adenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak penghentian terapi hormon adenoortikal yang akan menghentikan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal.

Terapi dengan pemberian kortiosteroid setiap hari selama 2-14 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal,oleh sebab itu kemunginan penyakit adison harus di antisipasi pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid.



4.TANDA DAN GEJALA

-Gangguan pada sistem gastrointestinal
Mual
nyeri abdomen
diare
dehidrasi
anoreksia

-Gangguan pada sistem syaraf
Kelelahan
Ensepalopati metabolik,seperti :
Lemah
Kegelisahan
Tidak bisa tidur
Gangguan konsentrasi

-Gangguan pada sistem ardiovaskuler
Denyut nadi cepat dan lemah
Tekanan darah rendah

-Gangguan sistem pernafasan
Pernafasan cepat

-Gangguan sistem integumen
Gangguan fungsi kulit
Pigmentasi pada kulit

-Gangguan sistem perkemihan


5.PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan urine : kortisol plasma,kortiosteroid
c. Pemeriksaan darah
Glukosa darah,natrium (hipogliemia dan hiponatremia)
Radiologi
Ditemukan perkapuran


6.PENATALAKSANAAN

Terapi darurat ditujuan untu mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan, dan pemberian kortikosteroid.
Hidrokortison di suntukkan secara intravena dan pemberian infus dextrosa 5% dalan larutan normal saline.
Pada hipotensi diberian preparat vasopresor amina
Infeksi adrenal di berikan antibiotik


7.KOMPLIKASI

Hipotensi
hiperkalemia

8.PROGNOSIS

Kecuali resiko krisis adrenal dan usia hidup pasien biasanya normal sedangan pigmentasi bisa menetap.